Udah malem menjelang dini hari, tapi belum bisa tidur juga. Pikiran melayang-layang keingetan waktu naik ke Merbabu, banyak banget yang ngangenin tapi yang paling seru itu sharing tentang alam sama temen-temen waktu diperjalanan. Pendakian Merbabu kemaren aku bareng sama temenku yang udah kelar kuliah jurusan Pertanian UGM. Selama jalan, dia banyak cerita-cerita dan sharing tentang ilmunya.
Waktu itu kami jalan menyusuri hutan malam hari, ini baru mulai perjalanan dari basecamp. Waktu melewati ladang penduduk semua baik-baik aja, waktu jalan mulai agak menanjak sebelum sampai di Pos I juga masih lancar-lancar aja. Sampai di Pos I kami ga berenti untuk istirahat, tapi langsung jalan lagi. Baru beberapa jauh dari Pos I, temenku yang cewek, si Dini, mulai kesakitan perutnya, kelihatan banget kalau udah mulai kecape'an. Dia berenti sebentar, ngatur nafas. Mas Bangun yang jalan dibelakang kami ikut berenti, dia nanyain kenapa berenti, trus Dini jawab: "Sakit mas perutku, kayaknya
suduk'en", dengan santainya mas Bangun jawab: "Oww.. Tarik nafas yang panjang dek, itu karena bagian dalam tubuh kekurangan oksigen. Walaupun kita ditengah hutan dan rebutan oksigen sama pohon, tapi tenang aja, stoknya banyak nih". Aku yang juga mulai kecape'an dan ngerasa kehabisan nafas ikutan nyoba ambil nafas panjang, and wow, it's work.! Perut yang awalnya mulai agak nyeri (kalau orang Jawa bilang
suduk'en) jadi berkurang, bahkan hilang sakitnya sama sekali.
Dimataku, hutan dan pepohonan itu berarti banget buat pelindung. Misalnya, kita lagi
hiking yang disitu kita harus mendirikan tenda untuk istirahat atau bermalam. Dalam keadaan normal, pendaki bisa mendirikan tenda di pos pendakian yang ada, karena biasanya pos pendakian itu berada di tempat yang relatif nyaman dan aman untuk mendirikan tenda, yaitu ditempat yang lumayan landai dan masih banyak pohon berkayu. Tapi kalo keadaannya darurat, mana bisa kita harus jalan menuju pos. Iya kalau posnya bisa ditempuh cuma 5-10 menit perjalanan, lhah kalau lebih dari itu.??
|
Sumber: google.com |
Pohon di area pendakian itu penting banget untuk melindungi tenda (dan manusia-manusia penghuni tendanya) dari cuaca ekstrim yang bisa terjadi kapan aja di gunung. Hujan yang tiba-tiba bisa berubah jadi badai diatas gunung itu hal yang biasa. Nah, salah satu fungsi pohon adalah untuk melindungi tenda dari tiupan angin yang kenceng, atau paling ngga ada tempat untuk 'mengamankan' tenda dari tiupan angin itu.
|
Sumber: google.com |
Nah, pengalaman sama pengetahuan baru lagi aku dapet waktu kami perjalanan turun. Aku sama dek Dini sama-sama ngrasain
suduk'en,, ga tau kenapa ini sakitnya bebarengan. Biasanya, orang
suduk'en itu karena habis makan langsung jalan-jalan atau makan keburu-buru. Lhah tapi ini udah makan dari tadi banget lhoh, udah gitu makannya cuma dikit pula. Aneh aja sih rasanya. Berhubung keingetan pesennya mas Bangun tadi malem, jadi deh tiap beberapa meter berenti, berdiri tegak, trus ambil nafas panjang 2-3 kali, habis tu, sembuh deh sakit perutnya, lanjut jalan lagi donks.
|
Sumber: google.com *Ini bukan foto gue pas peluk pohon yaa |
Hari makin siang, cuaca makin panas, aku jadi ngerasa gampang capek, padahal kami udah mulai masuk kawasan hutan yang rimbun. Trus lagi asiknya jalan, mas Bangun nanya: "Kalian capek gak.??", langsung aja kujawab "Lumayan nih mas, cepet
ngos-ngosan", trus mas Bangun ngadain kuliah umum lagi deh: "Kalian tau gak, kalau kalian lagi capek, kalian peluk aja salah satu pohon berkayu itu. Cari yang pohonnya besar, berkayu dan hidup. Dijamin deh, kalian bakalan seger lagi.", aku nyamber "Kenapa gitu.??", mas Bangun nerusin kuliahnya (sambil terus jalan kembali ke Pos I) "Iya, pohon berkayu berkulit tebal yang hidup itu kalau di siang hari dia memproduksi ion+, nah, ion-ion tadi akan dilepaskan ke sekitarnya, itu salah satu alasannya kenapa kalau dihutan hawanya makin sejuk. Udah memang hawanya sejuk, oksigen melimpah, ditambah lagi ion-ion itu. Sekarang coba deh, gak usah peluk pohonnya kalau gak mau dianggap orang aneh, kamu duduk aja wis dibawah pohon itu, sambil terus bernafas normal, ntar pasti langsung berasa seger lagi badannya."
Singkat cerita, pas aku lagi capek-capeknya *sengaja dibikin capek maksimal nih, trus langsung peluk salah satu pohon berkayu tebal yang idup, dalam hitungan detik, badan langsung fresh lagi. Dijamin.!!
Dari sini aku belajar (lagi), sebenernya semua itu sudah ada di alam, sudah tersedia gratis tis tiiiisssss dari Yang Maha Kuasa. Semakin aku memahami semakin aku bisa merasakan syukur atas pemberian-Nya yang luar biasa. Semakin banyak aku bermain di alam bebas, semakin banyak pula hal-hal yang bisa aku pelajari. Semesta begitu indah, begitu berharga. Alhamdulillah, Allah selalu memberikanku kesempatan untuk menikmati, mengagumi dan mensyukuri semua ciptaan-Nya. Semua yang ada di Antara Gunung dan Samudra.
Salam Antarnusa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar